Jumat, 03 Februari 2017

It’s Already Noon, Sweatheart! (Dream)

Seperti biasa sebelumnya mohon maaf kalau ada kata-kata yang gak enak untuk dibaca, maaf kalo ada typo. Blog gue kali ini niatnya pengen bikin cerita yang berkelanjuttan, doa'in aja semoga pimikiran gue untuk lanjuttannya banyak, intinya begitu,  
Sekarang baca aja deh --> 

DENGAN jengkel Ryan menyambar bantal dari sudut ranjang, lalu menelungkupnya rapat-rapat ke telinga. Berusaha merendam suara bising yang membuyarkan mimpinya. Tapi rupanya bantal yang tebal pu tak mempan merendam bunyi brangsek itu.
   Apa sih yang berdering pagi-pagi begini? Mengganggu tidur saja!
   Semalam Ryan sengaja mengunci rapat pintu kamarnya. Tidak mengharapkan ada seorang pun yang mengetuk pintunya. Apalagi yang membangunkan tidurnya.
   Rasanya Ryan uga tidak memasang alarm untuk membangunkannya. Hanya hari Sabtu begini Ryan terbebas dari sekolah, yang selalu mewajibkannya mandi pagi-pagi. Semalam Ryan juga sudah mematikan ponselnya, supaya tidak menerima Chat atau telpon yang tidak penting. Sahabatnya yang selalu rajin memberi wake up call setiap pagi, tentu juga tidak akan nekat membangunkan dihari libur seperti ini.
   Ryan benar-benar ingin tidur sepuasnya. Weekend begini, setelah lima hari stres sekolah dan lesnya, tidak ada kemewahan selain bangun siang!
   Jadi apa yang berdering? Benar-benar tidak tahu diri! Berisik sekali!
Sesaat kemudian terdengar derit rel pita yang berputar, dan rekaman suaranya sendiri bergema memenuhi kamar tidurnya :
                        Hi, it’s Ryan                         
                Leave me a message ....
   Meskipun otaknya baru menyala lima watt, tapi perangkat memori di kepalanya masih berfungsi dengan baik. Jadi, yang baru saja berbunyi itu mesin penjawab telponnya. Dan benda sialan yang berdering itu pasti telpon di meja kecil di sisi tempat tidurnya!
   Damn. Rupanya semalam ia lupa mematikan ponselnya. Spontan tangan Ryan terulur ke atas bedside table. Dengan mata masih terpejam, didorongnya ponsel itu dengan gemas sampai jatuh ke karpet, dan cassingnya terbuka. Deringnya seketika berhenti.
   Lalu semuanya menjadi hening. Begitu damai. Nyaman. Tenang. Sekarang Ryan bisa melanjutkan mimpinya. Sampai dimana ya tadi?
   Nah, sesaat kemudian suasana kembali sunyi senyap. Memang tidak ada agi dering yang memekakkan telinga. Tapi ada suara berisik lain yang terdengar. Dari balik pintu. Mamah membangunkan Ryan karena sudah terlalu siang.
   Sampai putus asa Tiara mencoba menghubungi Ryan. Tetap saja tidak di angkat. Cuma voice mail-nya saja yang menyahut. Tapi Tiara tidak mau meninggalkan pesan di sana. Percuma. Ryan paling malas memeriksa pesan yang masuk. Apalagi Weekend begini. Dia paling alergi berurusan dengan sekolah dan teman-temannya diluar jam sekolah.
   Tiara juga sudah menelpon ke orang tuanya. Tetapi hanya bilang kalau Ryan belum bangun tidur. Cowok itu memang hobi bersantai di sana sambil main games. Tetapi lima kali menelpon ke orang tuanya dengan waktu ang berbeda-beda, lima kali pula jawabannya sama “Ryannya belum bangun, main aja kerumah.”
   Terpaksa Tiara menelpon lagi ke ponselnya. Nah, betul kan. Terdengar suara nada sambung lagi, tetapi tidak diangkat lagi. Nihil.
   Akhirnya Tiara memutuskan untuk meninggalkan pesan di mesin penjawab. Ketika Tiara masih mendengar rekaman suara Ryan, belum sampai terdengar nada beep, tahu-tahu saja sambungan terputus. Seperti sengaja dijatuhkan di seberang sana.
   Dengan kesal Tiara membanting ponselnya. Cuma ada satu cara memastikan, apa Ryan ingat dengan janjinya. Cuma ada satu cara mencari jawaban. Tiara menyambar kunci motornya dengan tidak sabar.
   Ryan baru saja menyelesaikan presentasinya dengan baik di depan teman-teman sekelasnya dan di depan guru matpel. Baju-baju yang keren dengan model zaman sekarang... dengan style yang cocok untuk para lelaki... khusus cowok-cowok muda yang kepingin bergaya namun dengan dompet yang belum terlalu tebal... semua orang yang hadir di ruangan itu bertepuk tangan. Gegap gempita. Rupanya mereka menyukai style Ryan.
   Ini mimpi atau kenyataan sih? Keluh Ryan antara sadar dan tidak sadar. Fiiuuu, begini nih kalau terlalu berdedikasi terhadap style zaman sekarang. Mimpi pun tentang style.!
   Soalnya bunyi tepukan itu makin lama makin gaduh. Dan menurut catatan tugasnya, jadwal presentasinya bukan tentang style. Lagi pula harinya juga belum tentu besok juga maju kedepan. Jadi applause yang baru saja didengarnya hanyalah.... dan heiii.... mengapa bunyinya malah seperti gedoran keras? Dan sumber suaranya bukan berasal dari ruang kelas.. tapi dari balik pintu kamarnya...
   Rasanya ia baru saja terlelap. Damn it. Mengapa hari ini ia sial sekali? Tapi telpon menjerit tidak henti-henti. Sekarang apa lagi?
   Seingatnya, Mamah dan Papah sudah berangkat kerja. Jadi bunyi ketukan pintu itu siapa yang mengetuk? Apa mungkin Bi Imah?. Tapi pembantu macam apa yang berani mengetuk sekeras itu? Bukan. Bukan mengetuk. Tapi menggedor-gedor. Barangkali karena frustrasi mengetuk dengan halus. Tapi itu tidak berarti dia punya alasan untuk seenaknya membangunkan majikan dengan tidak sopan.!
   Atau jangan-jangan Ka Rikha yang iseng? Tapi hari ini bukannya Ka Rikha ada janji sama Ka Bimo?. Kalau belum berangkat, buat apa Ka Rikha ngebangunin gue jam segini?.
   Namun gedoran di pintunya tidak berhenti juga, malah semakin ribut, seperti ingin mengulangi peristiwa meruntuhkan tembok berlin saja. Sambil bersungut-sungut Ryan menyibak selimut, lalu merayap turun dari ranjang. Masih bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer, ia terhuyung-huyung membuka pintu kamar.
   Ryan menggaruk-garuk kepalanya, membuat rambutnya semakin kusut. Malas-malasan ia membuka pintu. Matanya yang masih setengah terbuka seketika membelak melihat siapa yang berdiri di depannya. Dihadapannya berdiri cewek yang tingginya sebahu Ryan. Rambutnya pirang, tergerai sepinggang, dengan gaya rambutnya yang setengah ikal. Matanya sipit dengan bulu mata yang lentik, selalu berbinar indah. Hidungnya mungil namun runcing. Bibirnya tipis menggemaskan. Kulitnya yang putih langsat membuatnya selalu terlihat cantik.
   Dan tentu saja Ryan hafal luar kepala siapa wanita ini. Apalagi pada saat tingkahnya seperti ini.
   “Here you are!” sembut Tiara sambil menerobos masuk. Wajahnya yang manis tampak bersungut-sungut. “Kamu tahu jam berapa sekarang?”
   “Good morning, Sweatheart,” sindir Ryan cuek. “Matahari bersinar cerah pagi ini?”
   “to,” dengan jutek.
   “Coffe for you?” tanya Ryan mendului berjalan ke arah dapur. “French toast or pancake? Mau ku buatkan apa buat sarapan?”
   Tidak ada jawaban. Ryan sampai berhenti melangkah, lalu melengokkan kepala dari celah pintu dapur. Rupanya Tiara hanya berdiri tepekur di ruang makan sambil mendekap kedua lengannya di dada.
   “What’s the problem, sweatheart?” Ryan menyeritkan alis, melihat sikap Tiara yang aneh.
   “Kamu betul-betul mau tahu apa problemnya?” desis Tiara kesal. “Kuberi tahu ya. It’s already noon, Sweatheart! Dan seharusnya kita sedang makan siang, bukan sarapan!”
   “Kenapa mesti terburu buru sih? Protes Ryan sambil malas-malasan mengikat tali sneakers-nya. “Sudah cukup selama lima hari belakangan ini aku banyak dikejar-kejar tugas kelompok dan hafalan”.
   “Kita sudah terlambat satu jam, Ryan!” Tiara menunggu tidak sabar. Untung saja Ryan tidak punya hobi mandi lama-lama. Dalam lima belas menit ia sudah keluar lagi dari kamarnya. Atau...jangan-jangan Ryan tidak mandi? Barangkali ia hanya menyemprotkan parfum ke sekujur tubuhnya. Tapi seperti biasa Ryan tetap terlihat tampan, apalagi dengan gel yang membasahi rambutnya. Ia terlihat segar, bersih, menawan, dan yang penting sekarang Ryan sudah siap pergi. Dan.. siap dipamerkan kehadapan keluarga besar.
   “What the hell..,” keluh Ryan enggan
   “What the hell, katamu?” pekik Tiara putus asa. “Seluruh keluarga besarku sudah berkumpul di rumah.”
   “Ya, itu maksudku.” Ryan mengangkat bahu tidak peduli. “Apa lagi yang lebih menyeramkan daripada di tengah hutan sendirian, kecuali berada di tengah-tengah oom dan tantemu?” Tentu saja kalimat tambahan. “Berada di tengah orangtuamu.” Cuma tersangkut di lidah Ryan.
   “Kali ini kamu harus akrab dan bersikap sopan dengan mereka!” sahut Tiara merajuk. “Hitung-hitung adaptasi sebelum mereka jadi keluarga mu beneran, heheh...” nyengir.
   There you go. Nah, betul kan. Ryan terbatuk-batuk hebat. Tentu saja ia mengerti arah kalimat Tiara. Apalagi si maksud cewek mengenalkan pacarnya ke keluarga besar selain ...
   Buru-buru Ryan menyingkir ke garasi. Tapi Tiara lebih segit lagi menyambar tangannya. “Sudah tidak ada waktu lagi untuk mengambil motormu,”
   “But, Sweatheart...,” desis Ryan gusar. “Kamu kan tahu apa artinya motorku buatku. Aku tidak mungkin pergi tanpa dia. Aku tidak akan tega meninggalkannya sendirian...”
   “Tapi tega membiarkanku? Membuatku menunggu selama satu jam di rumah tadi? Kamu kan sudah janji akan ke rumahku!” desis Tiara dengan mata mendelik. “Listen, Ryan. Sebenarnya siapa sih yang menjadi cewekmu? Aku atau motormu? Dan please, berhentilah menyebutnya sebagai ‘dia’!”
   Sekejap Ryan berdiri mematung. Lampu di atas kepalanya langsung berpijar terang. Ide! Serentak ia berbalik, dan memeluk Tiara. Mengecup heningnya dengan girang. “Thanks, Sayang!” serunya dengan wajah berseri-seri.
   Tiara mengernyitkan dahi dengan heran. “For what?.
   “You’ve just helped me fiding out the idea for my new campaign!
   “Ooh, gimme a braek,” desis Tiara kesal. “Apakah aku punya saingan baru sekarang?”
   “Siapa?”
   “Laptop kamu! Jangan bilang kamu sedang in the mood untuk belajar saat ini juga!”
   Suasana sudah ramai ketika mereka sampai di rumah Tiara. Halaman yang luas seperti tidak cukup menampung deretan mobil dan motor yang parkir. Hiruk-pikuk terdengar dari luar. Dengung percakapan yang riuh rendah. Gelak tawa. Denting sendok dan gelas.
   Mamih Tiara tergopoh-gopoh muncul di beranda.
   “Jakarta masih macat ya hari sabtu?” sapa Sandra dengan wajah berseri-seri, menyambut kedatangan putri kesayangannya.
   “Hai, Mih.” Tiara mengecup kedua pipi Mamihnya “Sudah datang semuanya?”
   “Macet sih enggak, Tante,” sela Ryan tersenyum. “Tapi pernah dengar kalau pergerakan waktu di Jakarta mundur satu jam setiap hari Sabtu dan Minggu?”
   “Kalau hal itu terjadi, facelift pasti tidak laku!” tergelak Sandra geli. “Tahu kan, kenapa perempuan memusuhi waktu? Keriput tidak pernah berjalan mundur!”
   Sandra menggamit lengan Tiara dan Ryan, menggiringnya memasuki rumah. Sekilas ia berbisik ke telinga putrinya. Tidak terlalu lirih, sehingga Ryan masih bisa menangkap kalimatnya.”It’s already noon, Sayang.” Lalu Sandra melenggang menghampiri suaminya yang sedang asik main catur dengan kakak iparnya.
   Ryan langsung menyenggol siku Tiara. “Rasanya aku hafal kalimat itu.”
   “Like mother like daughter,” sahut Tiara meringis.
   “Jadi kamu akan segemuk Mamihmu dua puluh tahun kemudian?” Ryan terbelak pura-pura ngeri. Tiara meninju bahu Ryan dengan mesra.
  “Dan pada saat itulah fisik masih lebih penting daripada cinta?” rujuk Tiara manja.
   Sandra kembali menghampiri bersama suaminya. Ayah Tiara mendekati putrinya dengan lengan terkembang. Serentak Tiara merangkul ayahnya dan mengecup kedua pipinya. Setelah itu Ryan menjabat tangan ayahnya Tiara dengan sopan. Ayahnya Tiara membalas sambil mengangguk senang, lalu ia kembali ke kursinya, menenggelamkan diri pada keasyikannya semula bermain catur.
   “Ayo cepat, temui tamu-tamu” sergah Sandra sambil mendorong punggunng Ryan dan Tiara dengan lembut. “Oom dan tantemu sudah hampir pulang.”
   “Ooh, kirain disuruh cepat-cepat menghabiskan makanan....,” sahut Ryan jahil.
   Tiara menyikut rusuk Ryan
   “Lihat pasangan baru itu,” desah Sandra sambli menunjuk dengan dagunya. “Mereka baru pulang honeymoon dari Paris.”
   “Mesra sekali ya,” desah Tiara iri. Ia langsung merapat ke sisi Ryan, menyusupkan tangannya ke lengan Ryan. “Yang cewek itu sepupuku.”
   “Kalian kapan menyusul?” tanya Sandra tangkas.
   Tidak ada yang menyahut. Perhatian Ryan masih tersita pada pasangan tadi. Tapi merasa seperti sedang ditunggu, Ryan refleks menengok. Dan ia baru sadar, Sandra sedang menatapnya. Tentu saa berarti pertanyaan itu ditujukkan kepadanya. Sekejap Ryan gelagapan. “Ooh, menyusul ke Paris maksud tante?”
   “Tentu saja ke pelaminan, Ryan!” sahut Sandra gemas. Ia menyambar gelas dan sendok dari meja terdekat, lalu dengan penuh semangat mengetuk-ngetukkan sendok itu ke badan gelas hingga menimbulkan suara berdenting yang riuh. “Halooo... para hadirin... ini lho tamu yang kita tunggu-tunggu. Tiara dan Ryan..... calonnya!”
   Sekonyong-konyong perhatian seluruh tamu di ruangan itu seperti tersedot ke arah Ryan. Semua kepala menengok. Puluhan pasangan mata seperti tembakan peluru yang membidik sekujur tubuh Ryan. Dan pause. Seisi ruangan seakan berhenti bergerak. Hanya Ryan yang menjadi satu-satuya objek yang dinilai.
   Susah payah Ryan bertahan berdiri dengan stay cool tiba-tiba.... Bruk...! Yaampun..... jadi... ini hanya Mimpi!, hahahah...

Bersambung...

Dari Awal-Akhir

 DAKU


Huahh............. guys udah lama nih gue gak ngeblog. Oh ya, sebelumnya HAPPY NEW YEAR 2K17... WATBY untuk kalian semua. Kali iniiii gue pengen curhat, dan curhat gue ini sama banget kaya lirik lagu lagunya Sandhy Sandoro ya, gak banget sihh intinya hampir sama. Dari mulai lirik “Tentang Perasaanmu” sampai ke “Malam Biru”. Wuhhhh..... keren deh, tapi maaf nih kalau agak sdikit gak nyambung, terus ada typonya, and then ada kata kata yang gak enak bagi kalian. Udah lah baca aja deh ini semua tentang perasaan gue dan cerita tentang gue sama doi sampe sekarang.

WELL..........

Berawal dari sebuah kata jiwa yang kuasa. Mentari sinar hati, ku pasrah tak meronta. Mungkinkah ini yang namanya gejolak cinta. Yang sedang mencoba buramkan dunia nyata. Mungkinkah ini yang namanya kuasa Tuhan. Yang sering kali terlupakan oleh manusia. Betapa indahnya semua yang kurasa dilubuk jiwa.
Memikirkanmu, disaat kau pergi jauh dari diriku. Mendambakanmu, tuk peluk diriku seakan tiada esok datang. Dan aku berharap, kau kan baik baik saja dan aku merindukanmu. Aku disini menunggu, kehadiranmu selalu. Jaga dirimu selalu, do’aku menyertaimu. Mencintaimu setulus hatiku. Kan ku serahkan segalanya kepada yang maha kuasa.
Selama dunia berputar, cintaku takkan pernah memudar. Padamu, bintang hidupku yang selalu terangi malamku. Selama sang surya bersinar, cintaku kan selalu berpijar padamu. Kekasih hatiku yang selalu hiasi cerita didalam hidupku. Kamu, aku..satu selalu selamanya sampai diakhir waktu. Segalanya takkan mungkin terjadi. Diriku kan selalu lindungi agungnya cinta kita berdua. Selalu selamanya bersama dalam hidup ini.
Cintaku yang sempurna ke dalam hatimu, cintaku telah menyatu. Hapuslah sudah semua prasangka yang selalu racuni hatimu. Ku takkan pernah mencoba untuk tinggalkan dirimu. Selamanya cintaku milikmu, selamanya hatiku untukmu. Hidupku yang slalu terangi setiap detik, detik waktuku. Janganlah kau ragukan cintaku.
Kita berdua telah cukup lama jalani cinta, sehati..sejiwa. Indahnya dunia dan seisinya tak seindah cinta kita. Kau adalah anugerah yang terindah didalam hidupku hanya dirimu. Tetaplah bersamaku, disini... dalam hangat pelukanku. Hidupku... hanya indah bersamamu. Tetap disini, janganlah pergi kau nafas dan hidupku. Aku takkan pernah putus asa. Karena kupercaya, keabadian cinta kita berdua.
Didalam hidupku banyak cerita tentang kisah cintaku. Dan ketika dirimu hadir kedalam kisah hidupku. Engkau bagai matahari, yang terangi jalanku. Bagaikan hujan, ditengah kemarauku. Kaulah segalanya untukku, kaulah selamanya cintaku seumur hidupku.
Kau bagai embun pagi yang sejukan hati. Yang selama ini selalu dilanda sepi, akhirnya kita berdua bertemu. Dan kita kan selalu bersama nikmati indahnya dunia. Aku... jatuh cinta padamu. Aku ingin selalu ada didekatmu, ada didekatmu karena hatiku telah jadi milikmu. Kehadiranmu hiasi mimpi hidupku. Kehangatan senyummu peluk jiwaku. Kau bawa daku terbang tinggi ke awan, arungi angkasa raih bintang bintang, hanya kita berdua. Dan akhirnya kita kan selalu bersama hadapi kejamnya dunia.
Ketika dulu kita bersama, seringkali ku acuhkan dirimu. Saat dirimu memerlukanku, seringkali ku biarkan dirimu sendiri. Ketika dulu kita bersama, tiada pernah diriku mengalah. Dan akhirnya kau kini pergi meninggalkan diriku. Kini ku sesali, kepergianmu. Kini ku sendiri, tanpa dirimu. (ingin ku putar waktu kembali.).
Suatu malam yang biru tanpa dirimu. Berjuta jiwa rindu ku padamu. Sendiriku pun harus menikmati, sang rembulan. Engkau yang seharusnya disisiku, engkau yang selalu ada dikhayalanku. Senyummu masih jelas terkenang. Hadir selalu, seakan tak mau hilang dariku. Takkan mudah ku bisa melupakan segalanya, yang telah terjadi diantara Kau dan Aku. Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu. Kini kau telah menghilang, jauh dari diriku. Semua tinggal cerita, antara kau dan aku namun satu yang perlu engkau tahu.... API CINTAKU PADAMU, TAK PERNAH PADAM!!!.
“SEMOGA KAU MEMBACA INI !. INI HANYA UNTUK DIRIMU SEORANG !!!” 10-2=8(1&7)